Minggu, 18 Agustus 2013

PUASA SUNNAH 6 HARI DI BULAN SYAWAL

Kesempurnaan amal tergantung dari dua perkara, pertama adalah keimanan seseorang. Semakin tinggi keimanan seseorang, hal itu mempengaruhi kualitas ibadahnya. Dan yang kedua adalah keilmuannya. Tentu berbeda kualitas ibadah seorang hamba yang hanya melakukan suatu amalan ibadah atas dasar ikut-ikutan, dengan amalan seorang hamba yang mengetahui dalil perintah, mengetahui keilmuan akan dasar mengerjakan amalan tersebut. Dalil tentang Puasa Syawal
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ ثَابِتٍ أَخْبَرَنَا أَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِمِثْلِهِ و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ  . رواه مسلم 1984 وأحمد 22433 و
yang Artinya:
…. dari Abu Ayyub radhiyallahu anhu:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur hidup’.”
[Riwayat Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-Tirmidzi 1164]
INILAH HADITS YANG DIFAHAMI BAHWA PUASA SYAWWAL TIDAK HARUS LANGSUNG :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ جَابِرٍ الْحَضْرَمِيُّ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَسِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ السَّنَةَ كُلَّهَا حَدَّثَنَاه الْحَسَنُ أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ جَابِرٍ الْحَضْرَمِيُّ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ. رواه أحمد 13783
Hadits yang sama juga diriwayatkan oleh imam At-Turmudzy no.690. Maka dalam kitab syarahnya “TUHFATUL AHWADZY” disebutkan bahwa ada riwayat dari Ibnu Al-Mubaarok yang membolehkan puasa Syawwal itu terpisah (tidak langsung 6 hari berturut-turut). berikut cuplikannya :
( وروي عن ابن المبارك أنه قال : إن صام ستة أيام متفرقا فهو جائز ) قال النووي : قال أصحابنا : والأفضل أن تصام الستة متوالية عقب يوم الفطر فإن فرقها أو أخرها عن أوائل الشهر إلى أواخره حصلت فضيلة المتابعة لأنه يصدق أنه أتبعه ستا من شوال انتهى .
sumber : http://danangwirawan.wordpress.com/2013/08/14/hadits-puasa-sunnah-6-hari-di-bulan-syawal/
Dalam syariat Islam, selain puasa wajib di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini memiliki banyak keutamaan, di dalam hadits Qudsi Allah Swt berfirman, "Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untukKu dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." [HR. Muslim (hadits no: 1151, KitabusSiyam; Bab keutamaan berpuasa)]


Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal - Puasa 6 hari di bulan Syawal memiliki dalil yang shahih.

(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم

“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.” [HR. Muslim (hadits no: 1164, Kitabussiyam; Bab disunnatkan berpuasa enam hari dari bulan Syawal)]

Sebagian orang meragukan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal, akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits. Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.
“Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal merupakan hadits yang shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.” Oleh karena itulah Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal ini tergolong hadits mutawatir.

Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal 2 Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah 6 hari ini pada tanggal 1 Syawal maka hukumnya haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, “Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal 1 Syawal/ 10 bulan Dzulhijjah - red).” (HR. Bukhari, No: 1991; Kitab as-Shaum; Bab berpuasa pada hari Aidil Fitri)

Praktek berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.

Demikian saja sekilas tentang Berpuasa 6 Hari di Bulan Syawal. Ingat, tidak ada lagi hari raya selain Idul Fitri dan Idul Adha, jadi pembaca setelah melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal takusah lagi merayakannya dan mengucapkan selamat hari raya. []

------
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas (bahasa Melayu); Mutawatir (b. Arab: متواتر, mutawātir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud "diturunkan daripada seorang ke seorang". Istilah ini digunakan dalam pengajian Ulum al-Quran dan Mustalah Hadith. Hadis Mutawatir ialah nas hadis yang diketahui/diriwayatkan oleh beberapa orang yang sampai menyampai perkhabaran (Al-Hadis) itu, dan telah pasti dan yakin bahawa mereka yang sampai menyampai tersebut tidak bermuafakat berdusta tentangnya. Ini kerana mustahil terdapat sekumpulan periwayat dengan jumlah yang besar melakukan dusta.

Hadis Mutawatir, iaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka." (H.R Bukhari, Muslim, Ad Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).

Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir, manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.

Hadis Mutawatir terbagi dua:

  • Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
  • Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
- See more at: http://www.alquran-syaamil.com/2013/07/keutamaan-puasa-6-hari-di-bulan-syawal.html#sthash.zjJBM5Hm.dpuf
Dalam syariat Islam, selain puasa wajib di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini memiliki banyak keutamaan, di dalam hadits Qudsi Allah Swt berfirman, "Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untukKu dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." [HR. Muslim (hadits no: 1151, KitabusSiyam; Bab keutamaan berpuasa)]


Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal - Puasa 6 hari di bulan Syawal memiliki dalil yang shahih.

(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم

“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.” [HR. Muslim (hadits no: 1164, Kitabussiyam; Bab disunnatkan berpuasa enam hari dari bulan Syawal)]

Sebagian orang meragukan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal, akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits. Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.
“Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal merupakan hadits yang shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.” Oleh karena itulah Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal ini tergolong hadits mutawatir.

Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal 2 Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah 6 hari ini pada tanggal 1 Syawal maka hukumnya haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, “Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal 1 Syawal/ 10 bulan Dzulhijjah - red).” (HR. Bukhari, No: 1991; Kitab as-Shaum; Bab berpuasa pada hari Aidil Fitri)

Praktek berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.

Demikian saja sekilas tentang Berpuasa 6 Hari di Bulan Syawal. Ingat, tidak ada lagi hari raya selain Idul Fitri dan Idul Adha, jadi pembaca setelah melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal takusah lagi merayakannya dan mengucapkan selamat hari raya. []

------
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas (bahasa Melayu); Mutawatir (b. Arab: متواتر, mutawātir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud "diturunkan daripada seorang ke seorang". Istilah ini digunakan dalam pengajian Ulum al-Quran dan Mustalah Hadith. Hadis Mutawatir ialah nas hadis yang diketahui/diriwayatkan oleh beberapa orang yang sampai menyampai perkhabaran (Al-Hadis) itu, dan telah pasti dan yakin bahawa mereka yang sampai menyampai tersebut tidak bermuafakat berdusta tentangnya. Ini kerana mustahil terdapat sekumpulan periwayat dengan jumlah yang besar melakukan dusta.

Hadis Mutawatir, iaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka." (H.R Bukhari, Muslim, Ad Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).

Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir, manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.

Hadis Mutawatir terbagi dua:

  • Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
  • Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
- See more at: http://www.alquran-syaamil.com/2013/07/keutamaan-puasa-6-hari-di-bulan-syawal.html#sthash.zjJBM5Hm.dpufl;
Dalam syariat Islam, selain puasa wajib di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini memiliki banyak keutamaan, di dalam hadits Qudsi Allah Swt berfirman, "Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untukKu dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." [HR. Muslim (hadits no: 1151, KitabusSiyam; Bab keutamaan berpuasa)] - See more at: http://www.alquran-syaamil.com/2013/07/keutamaan-puasa-6-hari-di-bulan-syawal.html#sthash.zjJBM5Hm.dpuf
Dalam syariat Islam, selain puasa wajib di bulan Ramadhan, kaum muslim pun diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunah ini memiliki banyak keutamaan, di dalam hadits Qudsi Allah Swt berfirman, "Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untukKu dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." [HR. Muslim (hadits no: 1151, KitabusSiyam; Bab keutamaan berpuasa)]


Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal - Puasa 6 hari di bulan Syawal memiliki dalil yang shahih.

(مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم

“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.” [HR. Muslim (hadits no: 1164, Kitabussiyam; Bab disunnatkan berpuasa enam hari dari bulan Syawal)]

Sebagian orang meragukan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal, akan tetapi keraguan itu terbantahkan oleh bukti-bukti periwayatan hadits. Perhatikan ungkapan Syeikh Abdullah bin Abdulal- Bassam berikut.
“Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal merupakan hadits yang shahih, hadits ini memiliki periwayatan lain di luar hadits Muslim. Selain hadits Muslim yang meriwayatkan hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal antara lain; Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi.” Oleh karena itulah Hadits berpuasa 6 hari di bulan Syawal ini tergolong hadits mutawatir.

Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal 2 Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah 6 hari ini pada tanggal 1 Syawal maka hukumnya haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata, “Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal 1 Syawal/ 10 bulan Dzulhijjah - red).” (HR. Bukhari, No: 1991; Kitab as-Shaum; Bab berpuasa pada hari Aidil Fitri)

Praktek berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”.

Demikian saja sekilas tentang Berpuasa 6 Hari di Bulan Syawal. Ingat, tidak ada lagi hari raya selain Idul Fitri dan Idul Adha, jadi pembaca setelah melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal takusah lagi merayakannya dan mengucapkan selamat hari raya. []

------
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas (bahasa Melayu); Mutawatir (b. Arab: متواتر, mutawātir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud "diturunkan daripada seorang ke seorang". Istilah ini digunakan dalam pengajian Ulum al-Quran dan Mustalah Hadith. Hadis Mutawatir ialah nas hadis yang diketahui/diriwayatkan oleh beberapa orang yang sampai menyampai perkhabaran (Al-Hadis) itu, dan telah pasti dan yakin bahawa mereka yang sampai menyampai tersebut tidak bermuafakat berdusta tentangnya. Ini kerana mustahil terdapat sekumpulan periwayat dengan jumlah yang besar melakukan dusta.

Hadis Mutawatir, iaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, "Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka." (H.R Bukhari, Muslim, Ad Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).

Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir, manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.

Hadis Mutawatir terbagi dua:

  • Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
  • Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
- See more at: http://www.alquran-syaamil.com/2013/07/keutamaan-puasa-6-hari-di-bulan-syawal.html#sthash.zjJBM5Hm.dpuf

Jumat, 12 Juli 2013

Ayat Qur’an dan Hadits tentang Bulan Ramadhan/Puasa

Kewajiban berpuasa dalam Al Qur’an

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa" [Al Baqarah:183]

Keutamaan berpuasa:

"Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya" [Bukhari-Muslim]

"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun" [Bukhari-Muslim]

Keutamaan bulan Ramadan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793
Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari)
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1795

Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya silakan berpuasa
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812

Dilarang puasa pada hari raya:

"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri)" [Bukhari-Muslim]

Bersahur (makan sebelum Subuh) itu sunnah Nabi:
"Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur karena dalam bersahur itu ada keberkatannya" [Bukhari-Muslim]

Berbuka di waktu maghrib:
"Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah berbuka" [Bukhari-Muslim]
Ketika kita berpuasa, kita dilarang berkata kotor, mencaci, atau berkelahi. Hal ini untuk menempa diri kita agar memiliki akhlak yang terpuji:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa" [Bukhari-Muslim]

Puasa yang sia-sia:

"Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum" [Bukhari]

Jika kita berpuasa, tapi kita berkata dusta atau menyakiti orang lain, maka sia-sialah puasa kita.
Dilarang bersetubuh pada saat berpuasa:

"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang telah membuatmu celaka?

Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu menjawab: Tidak.

Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?
Lelaki itu menjawab: Tidak.

Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. Rasulullah s.a.w kemudiannya memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda: Sedekahkanlah ini.
Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.

Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya. Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri" [Bukhari-Muslim]

Bangun dari junub tidak membatalkan puasa:
"Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa" [Bukhari-Muslim]
Catatan:
Hadits tersebut sebagian besar berasal dari Al Bayan, dan masih banyak perawinya selain Bukhari dan Muslim seperti Tirmizi, An Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, dan lain-lain.
( http://syiarislam.wordpress.com)